Hujan…
Memang tak terlalu deras, tapi sudah cukup untuk membuat seragam ku basah setidaknya aku sendirian, aku menyukai hujan tapi bukan karena aku menyukai basahnya aku hanya menyukai airnya yang perlahan membasahi tubuh ini.. Tak ada yang bisa melihat tangis ku kan?
Ternyata benar tentang apa yang sering dikatakan orang-orang
“menyembunyikan daun harus di tengah hutan.. Dan menyembunyikan tangis harus di tengah hujan”
Seandainya waktu dapat berputar kembali…
Tapi tidak mungkin kan?
Karena air yang mengalir pun tak akan berhenti untuk mengikuti takdirnya, menangis ku memang tak ada gunanya
Sepi, sunyi, senyap dan sendiri… Terlalu munafik jika ku berkata tengah takut disini, karena kata-kata itulah yang telah mendarah daging pada tubuh orang kesepian ini, ayah dan ibu apa kalian bahagia disana? Tanpa aku? Yah diriku seorang yang pembawa masalah? Pasti kalian bahagia kan?
Hujannya semakin deras.. Seperti tengah mendukung kegiatan ku untuk menangis lebih keras..
“kaori…” panggil sebuah suara yang amat ku kenal tengah menyebut nama ku, charli itulah dia
“apa yang kau lakukan disini?” lanjutnya lagi
“pergi..” ucapku
“hei kaori… Apa kau tahu makna dibalik nama mu itu?” ucapnya
Jujur aku tidak tahu dan aku tidak terlalu berminat untuk tahu, ayah dan ibuku juga tidak pernah memberitahukannya pada ku, kenapa? Tentu karena mereka tidak disini, mereka meninggalkan ku, sendirian…
“kuat…” ucapnya seolah dia yang mengerti semuanya
Aku tertegun sesaat
“mereka ingin kau kuat.. Mereka ingin mewujudkan melalui nama pendek mu itu..” ucapnya meyakinkan
“mereka ingin ku kuat? Nyatanya aku memang sudah kuat.. Aku di dunia ini sendiri… Mereka pergi..” ucapku dengan linangan air mata yang tersamar oleh air hujan
“sudahlah jangan menangis.. Itu tidak cocok untuk mu” ucapnya sungguh menyebalkan
“…” aku hanya diam
“apa kau tahu… Setidaknya kau hargai nama itu.. Karena mereka sungguh menyayangi mu.. Dan karena mereka menyayangi mu lah mereka tidak membawa mu pergi bersama mereka”
Aku diam saja
“mereka masih ingin kau menikmati hidup… Bersemangatlah.. Karena akan ada pelangi setelah hujan” ucapnya
“maaf tapi sepertinya aku tidak mempercayainya… Karena kebahagiaan ku telah tersesat untuk menemukan ku….”
“tersesat? Carilah mereka! Dan arahkan kepada jalan yang benar! Hidup mu masih panjang.. Masa lalu? Tataplah lurus ke depan dan jadikan yang lalu pelajaran.. Hidup cuma sekali kau sia-siakan maka kau akan menyesal sesudah mati..!” ucapnya separuh berteriak
“apa aku dapat mempercayai mu?”
“apa?”
“tentang pelangi sesudah hujan?”
“hem.. Percayalah…” ucapnya
Yang kemudian hujan reda secara perlahan yang setelah itu disambut dengan sinar yang nampak datang dengan malu-malu bersama sebuah senyuman dari pelangi.
“aku percaya” ucapnya sambil menatap pelangi itu
Cerpen Karangan: Rahimatus Sania
sumber: http://cerpenmu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar