Sabtu, 11 Januari 2014

Aku dan Organisasiku

 




Childist, konyol, gila dll, mungkin itu sebagian kecil sebutan buat aku yang tengah menginjak status mahasiswa di sebuah Universitas Negeri di Semarang. Meski sebutan itu kurang enak didengar atau justru malah menyakitkan hati, bagiku itu tanda perhatian dari temanku. Karena mereka tidak mungkin menge-Cap aku seperti itu kalau mereka belum mengenal dan dekat denganku.
Tapi setelah berjalan 2 semester, tanpa aku sadari kehidupanku mulai bergeser dan sedikit berubah. Yang awalnya aku cuek, dan pasif menjadi orang yang super sibuk. Kehidupan di rumah pun bisa dihitung jari. Aku lebih banyak menghabiskan waktuku untuk kegiatan yang luar biasa di dalam organisasi kampus. Awalnya sih iseng-iseng masuk, eh tidak menyangka kalau dari keisenganku itu membawa sebuah pelajaran yang mungkin tidak pernah aku pikirkan sebelumnya.

Dari banyak organisasi, banyak pula yang membuat aku tertarik untuk masuk dan berkecimpung di dalamnya. Disinilah takdir turun tangan untuk membantu aku menemukan pengalaman yang sesuai dengan karakterku dan tentunya cocok buat aku. Entah kenapa dari sekian banyak organisasi yang aku pilih, seperti Teater, Himpunan Mahasiswa, Karya Ilmiah, Radio dan Bakti Sosial, hanya dua yang selalu dapat aku ikuti kegiatannya yaitu Radio dan Bakti Sosial. Setiap organisasi yang lainnya mengadakan perkumpulan ataupun pengakraban anggota baru, selalu waktu yang tidak menakdirkan aku untuk datang. Pernah waktu Teater mengadakan kumpul bareng, bertepatan dengan acara bersama keluarga. Anehnya ketika Radio dan Bakti Sosial memberitahukan untuk datang dalam acaranya selalu disaat aku free alias tidak ada kerjaan. Nah, dari berbagai kejadian tersebut aku memilih untuk serius pada dua organisasi itu yaitu Radio dan Bakti Sosial.
Meski sudah masuk dalam organisasi, karakter konyol dan gilaku pun belum bisa menghilang dari diriku. Aku masih sering bersikap seenaknya dimanapun dan dalam keadaan apapun, meski itu dalam keadaan rapat yang seharusnya dengan suasana serius tetapi malah jadi rame dan heboh karena aku. Tapi itu tidak dipermasalahkan oleh teman-temanku. Mereka terlihat bisa menerima aku dan nyambung ketika bergaul denganku. Dan mungkin itu merupakan awal dari sebuah keseriusanku untuk bertahan di dalam kedua organisasi itu.
Menginjak 1 tahun di organisasi-organisasiku atau bisa dibilang kuliahku sudah menginjak semester empat, karakter cuek, childist dan lainnya, sudah mulai berkurang dariku. Posisi penting aku dapatkan di dua organisasi itu, yaitu Koordinator di organisasi Radio dan wakil ketua di Bakti Sosial. Tidak pernah aku menyangka kalau aku bisa mendapatkan posisi tersebut dan kenapa teman-temanku percaya padaku padahal mereka mengenal karakterku. Pikiran negatif sempat bersarang di benakku, jangan-jangan mereka memilih aku karena ingin menjatuhkanku. Ah entahlah, bagiku itu sebuah amanah yang harus aku jalankan, meski aku masih belum percaya pada diriku sendiri tapi aku harus tetap menjalaninya.
Setelah aku menjalaninya, ternyata semua pikiran negatifku dulu salah. Semua bisa aku lewati dan teman-teman yang awalnya aku kira ingin menjatuhkanku ternyata mereka mendukung dan yakin kalau aku pasti bisa melakukannya. Salah satu temanku yang bernama Nunung pernah mengatakan kepercayaannya kepadaku seperti ini
“Kamu itu orangnya gokil tetapi tanggung jawab, aku melihat ada jiwa pemimpin dalam dirimu”, mendengar itu aku tidak percaya, bahwa orang lain bisa mempercayakan sebuah tanggung jawab kepadaku, seorang yang cuek dan sulit untuk serius. Sungguh itu sebuah pernyataan yang tidak pernah aku harapkan dari seseorang.
Dari kata-kata tersebutlah yang membuat aku semakin yakin dan percaya diri untuk bisa menjalankan apa yang sudah menjadi tanggung jawabku. Tidak ada karakter yang berubah saat ketika aku menjalankan tugasku sebagai koordinator dan wakil ketua. Semua aku lakukan dengan apa adanya diriku. Seperti contohnya ketika memimpin rapat, aku pun membawakannya dengan suasana yang santai sampai mungkin bisa dibilang itu bukan rapat tetapi ngobrol bareng. Bagiku itu lebih baik daripada rapat dengan suasana yang tegang, membuat peredaran darah menjadi tidak lancar, ngantuk melanda dan pikiran pun tegang sehingga inspirasi tidak bisa masuk ke dalamnya. Terkadang juga aku sok-sokan memberikan kata-kata seperti seorang motivator yang selalu bilang “Super sekali”.
Ada satu lagi yang membuat manis dan membuat aku semangat dalam organisasiku, yaitu seorang cowok. Seorang cowok yang menjadi rekan kerjaku kini menjadi seorang cowok yang mengisi hatiku. Seperti kata pepatah “Cinta datang karena terbiasa”. Dia adalah ketua di organisasi Radio. Karena aku koordinator divisi jadi kita sering menghabiskan waktu berdua untuk membahas program-program kerja kita.
“Na, nanti ketemuan ya di basecamp”, bunyi pesan singkat dari Vino
“Oke no, jam berapa?”, balasku
“Kamu selesai kuliah jam berapa?”, tanya Vino padaku
“sekitar jam 10 sudah selesai”, balasku lagi
“sip aku tunggu ya”
Itu contoh pesan singkat dari dia, terkadang malah lebih panjang dari itu, mulai dari membahas organisasi sampai membahas hal yang tidak penting. Tetapi itulah yang membuat aku semangat.
Sudah hampir satu tahun masa kepengurusanku di organisasiku, baik di Radio maupun Bakti Sosial. Sebentar lagi aku bakal lengser dan digantikan oleh pengurus yang baru. Ternyata waktu cepat berlalu, padahal belum banyak yang aku berikan untuk kedua organisasi itu. Rasa haru datang menyelimuti hatiku tatkala aku berkumpul bersama teman-teman seangkatanku untuk membicarakan mengenai pergantian pengurus. Terselip sedikit nostalgia ketika kita bekerja bersama-sama. Rasanya mereka sudah menjadi bagian dari hidupku yang mengisi hari-hariku. Dan mungkin suasana seperti bakal aku rindukan ketika aku sudah tidak menjadi seorang mahasiswa.
Cerpen Karangan: Ervina
sumber: http://cerpenmu.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar